
Mengapa Allah Menciptakan Manusia ?
1. Manusia Diciptakan untuk berfikir
Pernakah kita merenung sejenak, kenapa kita ada di dunia ini, dan untuk apa kita dilahirkan. Pernakah kita duduk rebahan lalu memandang langit biru diatas sana, bagaimana langit bisa berdiri tegak tampa satupun alat penyanggah dan tampa pernah jatuh menimpa kita. pernakah kita berfikir bagaimana kalau setiap hari itu diciptakan tampa adanya malam, siang terus menerus, atau sebaliknya malam terus menerus karena tidak ada matahari lalu bagaimana kita mengisi hari-hari kita.
Berbeda dengan hewan, adalah mahluk yang tidak pernah ambil pusing dengan segala macam pikiran tersebut diatas, hewan tidak pernah bertanya, kenapa dia dan untuk apa dia dilahirkan, karena hewan memang tidak memiliki AKAL.
Orang yang senantiasa berfikir akan eksistensi dirinya maupun eksistensi alam semesta dengan segala isinya, tampa disadari sesungguhnya dia sedang mencari identitas dirinya.
Pertanyaan demi pertanyaan tersebut biasanya berakhir pada pertanyaan “ Untuk apa Tuhan menciptakan Alam semesta ini, dan untuk apa Tuhan Menciptakan manusia “
Berfikir….!
Ya berfikir sesungguhnya merupakan Pintu masuk bagi proses pendekatan kita kepada Allah. Seseorang tidak akan memiliki keimanan tampa melalui proses berfikir. Hal ini ditunjukkan oleh para Nabi Allah yang sebelum menerima wahyu Allah, telah melakoni proses berfikir secara total, yang cukup panjang. Misalnya Nabi Ibrahim as, lewat proses dialognya dengan alam semesta, Nabi Musa as, dengan bertapa digunung Sinai, dan nabi Muhammad saw lewat proses khalawat digua hira.
Allah swt sangat menghargai pikiran kita. Allah swt sendiri berulang-ulang mengatakan didalam Al-qur’an bahwa manusia harus berfikir, dan Dia sangat menghargai orang-orang yang berfikir dengan baik. Sebab berfikir menunjukkan bahwa kita hidup. Orang yang tidak berfikir dan menggunakan akalnya termasuk golongan yang dimurkai oleh Allah, sebagaimana firmannya :
… Allah marah besar kepada orang-orang yang tidak menggunakan akalnya… (yunus[10}:100)
Allah menganugrahkan Al-hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, Dan barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (al-baqarah[2]:269)
Oleh karena itu Allah swt secara terang-terangan, dan tersurat menegaskan bahwa kita harus berfikir untuk menjalani hidup dan agama ini. Apalagi Untuk berjumpa dengan-Nya.
Berfikir harus Total, sepanjang nafas kita. Baik dalam keadaan berdiri, duduk, tidur maupun apapun aktifitas kita sebagai mana ditegaskan dalam surah Ali ‘Imran {3} ayat 190-191.
Hikmah Dibalik Penciptaan Alam semesta
Syaikh Abdullah Samarqandi menuturkan bahwa, Hikmah dibalik penciptaan alam semesta adalah, adanya kehendak Allah untuk memperlihatkan kekuasa-Nya yang azali kepada semua makhluk-Nya, baik berupa peraturan-peraturan-Nya, Anugrah-Nya ataupun juga ketentuan Takdir-Nya, yang mana Dia akan membalas segala prilaku hamba-hamba-Nya di dunia dengan balasan yang setimpal di akhirat.
Hal ini sebagaimana ketika beliau ditanya oleh seseorang, “ Mengapa Allah menciptakan makhluk ? “, beliau menjawab : “ Allah menciptakan makhluk untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, Dia memberikan rizki kepada mereka untuk menunjukkan kemurahan-Nya, Dia mematikan mereka untuk menunjukkan Keperkasaan-Nya, Dia menghidupkan mereka untuk menunjukkan Kebesaran-Nya, Dia menghitung amal mereka untuk menunjukkan Keadilan-Nya, Dia memasukkan mereka kedalam surga untuk menunjukkan karunia dan Kasih sayang-Nya, Dia memasukkan orang-orang kafir kedalam neraka untuk menunjukkan Murka dan Azab-Nya “
Disamping itu Allah menciptakan alam semesta ini karena mereka akan memuji dan membesarkan-Nya.
Pujian mereka ada kalanya berupa hal (karena sesuatu sebab) ataupun Maqal (tidak karena sesuatu sebab). Hal ini sebagaimana firman Allahswt tatkala menjawab pertanyaan Nabi Dawud as yang datang bersujud kepada-Nya seraya bertanya “ Ya Tuhanku ! apa alasan Engkau menciptakan Mahluk “
Allah swt pun menjawab “ Kuntu Kunuzun makhfiya, fa ahbatu an u’raf, fakhalaqtu al-khalaqa liu’raf” (aku Adalah perbendaharaan yang tersembunyi, padahal aku sangat ingin dikenal. Oleh karena itu, aku ciptakan makhluk supaya mengenal-Ku).
Hal ini sangat berhubungan erat dengan sabda Rasulullah Saw yang menyatakan firman Allah swt yaitu “ Aku ciptakan makhluk supaya mereka mengambil manfaat dari-Ku, dan tidak sekali-kali Aku mengambil Manfaat dari mereka”.
Albert Einstein pernah berkata bahwa, siapapun yang memperhatikan alam semesta dengan seksama, maka dia akan tahu bahwa yang menciptakannya adalah Dzat yang maha Bijak, dan tidak sedang bermain dadu.
Siapapun yang melihat alam semesta ini akan tahu bahwa disana ada Rabb yang maha kuasa, yang melakukan segala sesuatu dengan tidak main-main.
Perhatikanlah bagaimana Allah swt menunjukkan bahwa semua ciptaan-Nya dilakukan dengan perhitungan yang cermat, penuh hikmah, kerapian dan keteraturan.
Menurut Imam Turmudzi, Allah menciptakan semua makhluk berasal dari ketiadaan (‘adam) menjadi ada (maujud) hal ini karena tiada lain karena kehendak diri-Nya dan bukan karena yang lainnya yang bertujuan untuk menampakkan pengetahuan-Nya.
2. Manusia Diciptakan menjadi Khalifah
Allah swt telah memberikan peringatan kepada kita melalui Hadits Qudsi bahwa Dia tidak menciptakan manusia secara Sia-sia ;
“Hai anak Adam !. Aku tidak menciptakan kalian sia-sia, juga tidak Ku-ciptakan kalian percuma. Aku bukanlah pelupa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kepadamu sekalian, kalian tidak akan memperoleh apa yang ada di sisi-Ku kecuali dengan segala kesabaran yang kalian benci dalam rangka (menggapai) ridha-Ku, kesabaran untuk menanti-Ku bagi kalian lebih mudah daripada kesabaran bermaksiat kepada-ku, meninggalkan dosa lebih mudah bagi kalian dari pada meminta Ampunan-Ku, dan Siksa Dunia lebih ringan bagi kalian dari pada siksa Akhirat. Dan ingat hai anak Adam !. Kalian semua tersesat kecuali orang yang Ku-beri petunjuk dan setiap kalian juga jahat kecuali orang yang Ku-lindungi, bertaubatlah kepada-Ku niscaya akan Ku-kasihi kamu sekalian. Jangan kalian beberkan rahasia kepada yang mengetahui segala rahasia yang tersembunyi.”
Sesungguhnya Allah swt menciptakan Ruh manusia yang suci untuk menampakkan cahaya kesempurnaannyakepada khalifah dan segenap rakyatnya supaya nyata terlihat (ta’yin) oleh mereka dan memerintah mereka. Hal ini sebagaimana firmannya :
Sesungguhnya Aku hendak menciptakan Khalifah di muka bumi ini. (al-baqarah[2]:30)
Oleh karena itulah, Allah swt memberikan warisan pusaka kepada semua anak cucu Adam, sehingga tiap-tiap manusia merupakan khalifah (pengganti) Allah dimuka bumi, karena dzat manusia dari Cahaya dzat Allah kerana itulah ia bersifat sesuai dengan sifat Allah.
3. Menyembah Allah adalah tugas dasar dan misi suci manusia.
Sebagai Khalifah Allah di muka bumi, setiap manusia diwajibkan untuk menyembah kepada Dzat yang mengutusnya dimuka bumi ini. Dia harus menyembah-Nya bukan menyembah selain diri-Nya. Bahkan jin dan seluruh alam semesta ini menyembah dan senantiasa mengagungkan-agungkan asman-Nya. Allah swt ingin menguji apakah kesaksian (sahadat) yang pernah kita sampaikan/ucapkan di alam Ruh dapat kita penuhi ketika kita berada di alam dunia ini.
Jadi kelahiran manusia didunia ini adalah ajang pembuktian kepada-Nya apakah kita telah mengenal siapa Tuhan kita, sebagaimana Kesaksian (sahadat) yang dilakukan oleh Jiwa/ruh kita di alam Alastu sebagaimana firman-Nya :
““Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi-sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa (nafs) mereka (seraya berfirman), “ Bukankah Aku rabb kalian” mereka menjawab. “betul, (engkau adalah Rabb kami) kami menjadi saksi” (kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kimat kelak kamu tidak mengatakan, “ sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lalai tentang ini (ke Esaan Tuhan).” (al-A’raf[7]:172)
Ayat tersebut diatas dapat digambarkan demikian : Allah swt bertanya “ Bukankah Aku Ini Tuhanmu” mereka (ruh kita pada saat itu) menjawab “ Benar Engkau Tuhanku kami adalah hamba dan bersaksi”.
Jadi pada hari Kebangkitan kelak, tidak ada seorangpun yang memiliki alasan untuk mengatakan bahwa dia tidak memiliki pengetahuan tentang ketuhanan, atau bahwa mereka hanya sekedar mengikuti ayah dan nenek moyang mereka dalam menyembah tuhan lain selain Allah swt,
Allah swt senantiasa akan membimbing kita untuk mengenal diri-Nya melalui tahapan berfikir yaitu ilmu sebagaimana terpatri dalam kalimat La’ Ilaha illallah, karena kalimat ini adalah sebuah ilmu yang pertama kali diturunkan ole-Nya sejak zaman Nabi Adam as Sampai dengan Nabi Muhammad saw.
1. Manusia Diciptakan untuk berfikir
Pernakah kita merenung sejenak, kenapa kita ada di dunia ini, dan untuk apa kita dilahirkan. Pernakah kita duduk rebahan lalu memandang langit biru diatas sana, bagaimana langit bisa berdiri tegak tampa satupun alat penyanggah dan tampa pernah jatuh menimpa kita. pernakah kita berfikir bagaimana kalau setiap hari itu diciptakan tampa adanya malam, siang terus menerus, atau sebaliknya malam terus menerus karena tidak ada matahari lalu bagaimana kita mengisi hari-hari kita.
Berbeda dengan hewan, adalah mahluk yang tidak pernah ambil pusing dengan segala macam pikiran tersebut diatas, hewan tidak pernah bertanya, kenapa dia dan untuk apa dia dilahirkan, karena hewan memang tidak memiliki AKAL.
Orang yang senantiasa berfikir akan eksistensi dirinya maupun eksistensi alam semesta dengan segala isinya, tampa disadari sesungguhnya dia sedang mencari identitas dirinya.
Pertanyaan demi pertanyaan tersebut biasanya berakhir pada pertanyaan “ Untuk apa Tuhan menciptakan Alam semesta ini, dan untuk apa Tuhan Menciptakan manusia “
Berfikir….!
Ya berfikir sesungguhnya merupakan Pintu masuk bagi proses pendekatan kita kepada Allah. Seseorang tidak akan memiliki keimanan tampa melalui proses berfikir. Hal ini ditunjukkan oleh para Nabi Allah yang sebelum menerima wahyu Allah, telah melakoni proses berfikir secara total, yang cukup panjang. Misalnya Nabi Ibrahim as, lewat proses dialognya dengan alam semesta, Nabi Musa as, dengan bertapa digunung Sinai, dan nabi Muhammad saw lewat proses khalawat digua hira.
Allah swt sangat menghargai pikiran kita. Allah swt sendiri berulang-ulang mengatakan didalam Al-qur’an bahwa manusia harus berfikir, dan Dia sangat menghargai orang-orang yang berfikir dengan baik. Sebab berfikir menunjukkan bahwa kita hidup. Orang yang tidak berfikir dan menggunakan akalnya termasuk golongan yang dimurkai oleh Allah, sebagaimana firmannya :
… Allah marah besar kepada orang-orang yang tidak menggunakan akalnya… (yunus[10}:100)
Allah menganugrahkan Al-hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, Dan barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (al-baqarah[2]:269)
Oleh karena itu Allah swt secara terang-terangan, dan tersurat menegaskan bahwa kita harus berfikir untuk menjalani hidup dan agama ini. Apalagi Untuk berjumpa dengan-Nya.
Berfikir harus Total, sepanjang nafas kita. Baik dalam keadaan berdiri, duduk, tidur maupun apapun aktifitas kita sebagai mana ditegaskan dalam surah Ali ‘Imran {3} ayat 190-191.
Hikmah Dibalik Penciptaan Alam semesta
Syaikh Abdullah Samarqandi menuturkan bahwa, Hikmah dibalik penciptaan alam semesta adalah, adanya kehendak Allah untuk memperlihatkan kekuasa-Nya yang azali kepada semua makhluk-Nya, baik berupa peraturan-peraturan-Nya, Anugrah-Nya ataupun juga ketentuan Takdir-Nya, yang mana Dia akan membalas segala prilaku hamba-hamba-Nya di dunia dengan balasan yang setimpal di akhirat.
Hal ini sebagaimana ketika beliau ditanya oleh seseorang, “ Mengapa Allah menciptakan makhluk ? “, beliau menjawab : “ Allah menciptakan makhluk untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, Dia memberikan rizki kepada mereka untuk menunjukkan kemurahan-Nya, Dia mematikan mereka untuk menunjukkan Keperkasaan-Nya, Dia menghidupkan mereka untuk menunjukkan Kebesaran-Nya, Dia menghitung amal mereka untuk menunjukkan Keadilan-Nya, Dia memasukkan mereka kedalam surga untuk menunjukkan karunia dan Kasih sayang-Nya, Dia memasukkan orang-orang kafir kedalam neraka untuk menunjukkan Murka dan Azab-Nya “
Disamping itu Allah menciptakan alam semesta ini karena mereka akan memuji dan membesarkan-Nya.
Pujian mereka ada kalanya berupa hal (karena sesuatu sebab) ataupun Maqal (tidak karena sesuatu sebab). Hal ini sebagaimana firman Allahswt tatkala menjawab pertanyaan Nabi Dawud as yang datang bersujud kepada-Nya seraya bertanya “ Ya Tuhanku ! apa alasan Engkau menciptakan Mahluk “
Allah swt pun menjawab “ Kuntu Kunuzun makhfiya, fa ahbatu an u’raf, fakhalaqtu al-khalaqa liu’raf” (aku Adalah perbendaharaan yang tersembunyi, padahal aku sangat ingin dikenal. Oleh karena itu, aku ciptakan makhluk supaya mengenal-Ku).
Hal ini sangat berhubungan erat dengan sabda Rasulullah Saw yang menyatakan firman Allah swt yaitu “ Aku ciptakan makhluk supaya mereka mengambil manfaat dari-Ku, dan tidak sekali-kali Aku mengambil Manfaat dari mereka”.
Albert Einstein pernah berkata bahwa, siapapun yang memperhatikan alam semesta dengan seksama, maka dia akan tahu bahwa yang menciptakannya adalah Dzat yang maha Bijak, dan tidak sedang bermain dadu.
Siapapun yang melihat alam semesta ini akan tahu bahwa disana ada Rabb yang maha kuasa, yang melakukan segala sesuatu dengan tidak main-main.
Perhatikanlah bagaimana Allah swt menunjukkan bahwa semua ciptaan-Nya dilakukan dengan perhitungan yang cermat, penuh hikmah, kerapian dan keteraturan.
Menurut Imam Turmudzi, Allah menciptakan semua makhluk berasal dari ketiadaan (‘adam) menjadi ada (maujud) hal ini karena tiada lain karena kehendak diri-Nya dan bukan karena yang lainnya yang bertujuan untuk menampakkan pengetahuan-Nya.
2. Manusia Diciptakan menjadi Khalifah
Allah swt telah memberikan peringatan kepada kita melalui Hadits Qudsi bahwa Dia tidak menciptakan manusia secara Sia-sia ;
“Hai anak Adam !. Aku tidak menciptakan kalian sia-sia, juga tidak Ku-ciptakan kalian percuma. Aku bukanlah pelupa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kepadamu sekalian, kalian tidak akan memperoleh apa yang ada di sisi-Ku kecuali dengan segala kesabaran yang kalian benci dalam rangka (menggapai) ridha-Ku, kesabaran untuk menanti-Ku bagi kalian lebih mudah daripada kesabaran bermaksiat kepada-ku, meninggalkan dosa lebih mudah bagi kalian dari pada meminta Ampunan-Ku, dan Siksa Dunia lebih ringan bagi kalian dari pada siksa Akhirat. Dan ingat hai anak Adam !. Kalian semua tersesat kecuali orang yang Ku-beri petunjuk dan setiap kalian juga jahat kecuali orang yang Ku-lindungi, bertaubatlah kepada-Ku niscaya akan Ku-kasihi kamu sekalian. Jangan kalian beberkan rahasia kepada yang mengetahui segala rahasia yang tersembunyi.”
Sesungguhnya Allah swt menciptakan Ruh manusia yang suci untuk menampakkan cahaya kesempurnaannyakepada khalifah dan segenap rakyatnya supaya nyata terlihat (ta’yin) oleh mereka dan memerintah mereka. Hal ini sebagaimana firmannya :
Sesungguhnya Aku hendak menciptakan Khalifah di muka bumi ini. (al-baqarah[2]:30)
Oleh karena itulah, Allah swt memberikan warisan pusaka kepada semua anak cucu Adam, sehingga tiap-tiap manusia merupakan khalifah (pengganti) Allah dimuka bumi, karena dzat manusia dari Cahaya dzat Allah kerana itulah ia bersifat sesuai dengan sifat Allah.
3. Menyembah Allah adalah tugas dasar dan misi suci manusia.
Sebagai Khalifah Allah di muka bumi, setiap manusia diwajibkan untuk menyembah kepada Dzat yang mengutusnya dimuka bumi ini. Dia harus menyembah-Nya bukan menyembah selain diri-Nya. Bahkan jin dan seluruh alam semesta ini menyembah dan senantiasa mengagungkan-agungkan asman-Nya. Allah swt ingin menguji apakah kesaksian (sahadat) yang pernah kita sampaikan/ucapkan di alam Ruh dapat kita penuhi ketika kita berada di alam dunia ini.
Jadi kelahiran manusia didunia ini adalah ajang pembuktian kepada-Nya apakah kita telah mengenal siapa Tuhan kita, sebagaimana Kesaksian (sahadat) yang dilakukan oleh Jiwa/ruh kita di alam Alastu sebagaimana firman-Nya :
““Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi-sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa (nafs) mereka (seraya berfirman), “ Bukankah Aku rabb kalian” mereka menjawab. “betul, (engkau adalah Rabb kami) kami menjadi saksi” (kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kimat kelak kamu tidak mengatakan, “ sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lalai tentang ini (ke Esaan Tuhan).” (al-A’raf[7]:172)
Ayat tersebut diatas dapat digambarkan demikian : Allah swt bertanya “ Bukankah Aku Ini Tuhanmu” mereka (ruh kita pada saat itu) menjawab “ Benar Engkau Tuhanku kami adalah hamba dan bersaksi”.
Jadi pada hari Kebangkitan kelak, tidak ada seorangpun yang memiliki alasan untuk mengatakan bahwa dia tidak memiliki pengetahuan tentang ketuhanan, atau bahwa mereka hanya sekedar mengikuti ayah dan nenek moyang mereka dalam menyembah tuhan lain selain Allah swt,
Allah swt senantiasa akan membimbing kita untuk mengenal diri-Nya melalui tahapan berfikir yaitu ilmu sebagaimana terpatri dalam kalimat La’ Ilaha illallah, karena kalimat ini adalah sebuah ilmu yang pertama kali diturunkan ole-Nya sejak zaman Nabi Adam as Sampai dengan Nabi Muhammad saw.