
Beberapa kawan menafsirkan Arsy itu sebagai singgahsana. Sehingga kita sering kali membayangkan sebuah kursi singgahsana milik raja. Kita membayangkan Allah duduk diatas kursi itu. Kemudian kita terjebak kepada merendahkan sifat-sifatNya. Bagaimana tidak? Kalau kita membayangkan Allah duduk diatas singgahsana, berarti kan singgahsana itu lebih besar daripada Allah. DzatNya bisa ‘diwadahi’ oleh Arsy? Sungguh salah besar. Atau, jangan-jangan kita membayangkan bahwa Arsy itu adalah bagian dari unsure ketuhanan. (QS. Al Anbiyaa (21):22). “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan”.
Selengkapnya.....
Selengkapnya.....